Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Hakikat Manusia dan Sifat Keingintahuan

Hakikat Manusia dan Sifat Keingintahuan - Hakikat manusia adalah peran ataupun fungsi yang harus dijalankan oleh setiap manusia. Hakikat manusia dapat diartikan sebagai apa yang seharusnya dari seorang manusia. Pada hakekatnya manusia merupakan makhluk yang memiliki tenaga dalam yang dapat menggerakkan hidupnya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Selain itu, masing-masing manusia sebagai individu yang memiliki sifat rasional dalam arti bertanggung jawab dalam proses berpikir dan bersosialisasi dan mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif, mengatur dan mengontrol dirinya dan mampu menentukan nasibnya. Manusia dikatakan keluar dari hakekatnya sebagai manusia misalnya dalam hidupnya tidak mau berpikir, tidak bersosialisai dan lain lain.


Manusia merupakan makhluk yang dalam proses perkembangannya secara terus menerus dan tidak pernah selesai selama hidupnya. Manusia juga merupakan individu yang dalam hidupnya selalu melibatkan dirinya dalam usaha untuk mewujudkan dirinya sendiri, membantu orang lain dan membuat dunia lebih baik untuk ditempati karena secara individu manusia pada hakikatnya memiliki potensi yang tak terbatas .

Karena manusia adalah salah satu makhluk yang mengandung kemungkinan baik dan jahat, oleh karenanya masing masing individu yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan turutama lingkungan sosial, bahkan ia tidak bisa berkembang sesuai dengan martabat kemanusaannya tanpa hidup di dalam lingkungan sosial.

Tuhan menciptakan manusia dengan kuasanya. Kesempurnaan yang dimiliki manusia sangatlah mulia. Tidak ada makhluk di alam semesta ini yang memiliki kesempurnaan layaknya manusia, yang miliki pikiran dan akal yang menjadikan manusia memiliki kemuliaan. Kemuliaan manusia bukan hanya terlihat dari sisi luarnya saja, melainkan ada peranan dalam yang sangat membatu kemulian dari manusia itu. Hati yang bersih, tindakan yang benar, merupakan salah satu perwujudan dari nilai kemuliaan yang tak di ukur dari sisi luar yang terlihat. Hakikat manusia hidup di dunia bukan hanya sekedar menikmati semuanya, melainkan untuk menjadi pemimpin di muka bumi ini.

Menjadi pemimpin bukan halnya kita menjadi seorang Presiden, Direktur atau yang lainnya, melainkan menjadi pemimpin untuk diri kita sendiri. Bagaimana kita mengatur hidup kita, menjalankan hidup kita dan lain halnya. Selain itu, manusia adalah makhluk sosial yang saling membutukan satu sama lain. Tak pandang kaya miskin, atasan bawahan, pemimpin rakyat kita semua sama, sama-sama saling bersatu saling mengikat dan saling membutuhkan. Itulah sedikit ulasan dari hakikat manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna. Tak luput rasa syukur pun harus terucap dan diperbuat sebagai rasa terima kasih kita sebagai utusan di muka bimi ini yang banayak menikmati segala kuasa-Nya.

Ilmu Pengetahuan Alam (natural science) bermula pada saat manusia tekun memperhatikan gejala-gejala alam, mencatatnya kemudian mempelajarinya. Hal ini dapat terlaksana karena sifat ingin tahu manusia yang merupakan salah satu dari ciri khas manusia. Manusia mempunyai rasa ingin tahu tentang benda-benda di sekelilingnya, alam sekitarnya, angkasa luar, bahkan tentang dirinya sendiri.

Rasa ingin tahu seperti manusia tidak dimiliki oleh makhluk hidup yang lain yaitu hewan dan tumbuhan. Rasa ingin tahu itu tidak dimiliki oleh benda-benda tak hidup seperti batu, tanah, api, angin, dan sebagainya. Air dan udara memang bergerak dari satu tempat ke tempat lain, namun gerakannya itu bukan atas kehendaknya tetapi sekedar akibat dari pengaruh alamiah yang bersifat kekal.

Bagaimana dengan makhluk hidup lainnya seperti tumbuh-tumbuhan dan binatang? Tumbuhan misalnya, menunjukkan tanda-tanda pertumbuhan atau gerakan, namun gerakan itu terbatas pada mempertahankan kelestarian hidupnya yang bersifat tetap. Misalnya, daun-daun yang selalu cenderung untuk mencari sinar matahari atau akar-akar yang selalu cenderung untuk mencari air yang kaya mineral untuk kebutuhan hidupnya. Kecenderungan semacam ini nampak berlangsung sepanjang zaman.

Bagaimana dengan binatang yang menunjukkan adanya kehendak berpindah (eksplorasi) dari satu tempat ke tempat yang lain? Misalnya ikan, burung, harimau atau binatang yang sangat dekat dengan manusia yaitu monyet? Tentunya burung-burung bergerak dari satu tempat didorong oleh suatu keinginan, antara lain rasa ingin tahu. Ingin tahu apakah di sana ada cukup makanan untuk disantap sendiri atau bersama yang lain. Ingin tahu apakah disuatu tempat cukup aman untuk membuat sarang. Setelah mengadakan eksplorasi tentu mereka menjadi tahu. Itulah “pengetahuan” dari burung tadi. Burung juga memiliki “pengetahuan” bagaimana caranya membuat sarang di atas pohon. Burung manyar atau burung tempua begitu pandai menganyam sarangnya yang begitu indah bergelantungan pada daun kelapa, namun pengetahuannya itu ternyata tidak berubah-ubah dari zaman ke zaman.
Bagaimana dengan monyet yang begitu pandai? Bila kita perhatikan baik-baik kehidupan monyet-monyet tersebut, ternyata kehendak mereka ingin mengeksplorasi alam sekitar itu didorong oleh rasa ingin tahu yang tetap sepanjang zaman atau yang oleh Isaac Asimov (1972) disebut sebagai “idle curiousity” atau “instinct”. Instink itu berpusat pada satu hal saja yaitu untuk mempertahankan kelestarian hidupnya. Untuk itu mereka perlu makan, melindungi diri dan berkembang biak.

Bagaimana dengan manusia? Manusia juga memiliki instink seperti yang dimiliki oleh hewan dan tumbuh-tumbuhan. Namun, manusia memiliki kelebihan, yaitu “kemampuan berpikir” dengan kata lain “curiousity-nya” tidak “idle” tidak tetap seperti itu sepanjang zaman. Manusia memiliki rasa ingin tahu yang berkembang atau dengan kata lain, manusia mempunyai kemampuan berpikir. Ia bertanya terus setelah tahu tentang “apa”-nya, mereka juga ingin tahu “bagaimana” dan “mengapa” begitu. Manusia mampu menggunakan pengetahuannya yang terdahulu untuk dikombinasikan dengan pengetahuannya yang baru, menjadi pengetahuannya yang lebih baru. Hal demikian itu berlangsung berabad-abad lamanya, sehingga terjadi suatu akumulasi pengetahuan. Sebagai ilustrasi, kita bayangkan saja manusia purba zaman dulu yang hidup di gua-gua atau di atas pohon. Namun karena kemampuannya berpikir tidak semata-mata didorong oleh sekedar kelestarian hidupnya tetapi juga untuk membuat hidupnya lebih menyenangkan, maka mereka mampu membuat rumah di atas tiang-tiang kayu yang kokoh dan bahkan sekarang manusia mampu membuat istana atau gedung-gedung pencakar langit. Bandingkan dengan burung tempua dengan sarangnya yang indah yang nampak tak mengalami perubahan sepanjang masa. Demikianlah juga dengan harimau yang hidup dalam gua-gua atau monyet yang membuat sarang di atas pohon tidak mengalami perubahan sepanjang zaman.
Rasa ingin tahu yang terus berkembang dan seolah-olah tanpa batas itu menimbulkan perbendaharaan pengetahuan pada manusia itu sendiri. Hal ini tidak saja meliputi kebutuhan-kebutuhan praktis untuk hidupnya sehari-hari seperti bercocok tanam atau membuat panah atau lembing yang lebih efektif untuk berburu, tetapi pengetahuan manusia juga berkembang sampai kepada hal-hal yang menyangkut keindahan.

Dengan selalu berlangsungnya perkembangan pengetahuan itu, tampak lebih nyata bahwa manusia berbeda dengan hewan. Manusia merupakan makhluk hidup yang berakal serta mempunyai derajat yang tinggi bila dibandingkan dengan hewan atau makhluk lainnya.

Posting Komentar untuk "Hakikat Manusia dan Sifat Keingintahuan"